PENGEMBANGAN MODEL BUKU AJAR FISIKA DASAR
BERORIENTASI ILMU HAYATI
BAGI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI
Oleh: Toto dan Agus Setiawan
Abstrak: Studi tentang pengembangan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati dilakukan dengan melibatkan data dari berbagai sumber dan sejumlah mahasiswa calon guru Biologi sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Barat. Data–data dikumpulkan dengan teknik kuesioner, wawancara, penulisan dokumen, tes awal dan akhir. Ujicoba dilaksanakan pada sejumlah mahasiswa angkatan 2007/2008 semester 2 (n=33) dan angkatan 2008/2009 semester 1 (n=35) sebagai responden. Dari hasil penelitian dirumuskan tiga belas kompetensi fisika, dan tiga belas pokok bahasan yaitu pengukuran dan satuan, gerak, kakas dan hukum-hukum Newton, energi, fluida, bunyi, kalor, termodinamika, listrik statik, listrik dinamik, cahaya, alat-alat optik, dan fisika modern terbagi dalam matakuliah Fisika Dasar I dan II. Struktur buku ajar memiliki urutan judul bab, kompetensi, indikator, tujuan, uraian materi (terdapat aplikasi konsep fisika dalam ilmu hayati), kegiatan mahasiswa, contoh soal, rangkuman, pertanyaan, soal-soal latihan dan kuis, glosarium, dan daftar pustaka. Hasil analisis teks buku ajar melalui uji rumpang sebesar 62% (tinggi), melalui formula SMOG (Simplified Measure of Gobbledygook) menunjukkan teks sesuai bagi mahasiswa tingkat pertama (usia >18 tahun). Penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru Biologi dengan N-gain 0,49 (sedang). Direkomendasikan penelitian lanjutan untuk mengembangkan Model buku ajar Fisika Dasar tidak menggunakan matematika bagi mahasiswa calon guru biologi.
Kata kunci: Pengembangan model buku ajar, Fisika berorientasi Ilmu
Hayati, Uji rumpang, Formula SMOG (Simplified
Measure of Gobbledygook)
Pendahuluan
Salah satu tujuan pendidikan guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menghasilkan calon guru berwawasan luas tentang kependidikan serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam merancang, melaksanakan, dan mengelola kegiatan belajar mengajar bidang MIPA (Dirjen Dikti, 1991). Mahasiswa calon guru Biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat dibekali mata kuliah Fisika Dasar selama dua semester yaitu Fisika Dasar I dan II sebagai latar belakang fisika yang diperlukan untuk tugas guru profesional dalam bidang studinya. Pada umumnya mahasiswa calon guru Biologi tidak tertarik pada kuliah fisika. Mereka memandang fisika sebagai matakuliah yang sulit (hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa calon guru biologi, 2008). Giancoli (2005) mengemukakan “kadang-kadang fisika dianggap subjek yang sulit. Namun, kadang-kadang matematika dianggap lebih sulit daripada fisika itu sendiri”. Sekalipun bukan hasil riset ilmiah, pendapat ini merupakan masukan dan bahan pertimbangan untuk mencari solusi bagaimana agar matematika tidak menjadi sumber kesulitan dalam mempelajari fisika.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa calon guru biologi sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat (2008), menunjukkan banyak mahasiswa yang tidak tertarik pada fisika. Mereka kurang berminat untuk mempelajari fisika, terlihat dari banyaknya perolehan nilai Fisika Dasar mereka yang rendah. Hasil penelusuran pada program studi pendidikan biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat tersebut, menunjukkan mahasiswa calon guru biologi menemui kendala dalam memahami materi kuliah Fisika Dasar. Hal tersebut diketahui dari nilai hasil belajar yang relatif kurang (Tabel 1). Dalam Tabel 1 tampak bahwa modus perolehan nilai mahasiswa dalam matakuliah Fisika Dasar I dan II angkatan dua tahun terakhir adalah cukup (C).
Penggunaan matematika yang rumit dalam perkuliahan Fisika Dasar, menyebabkan para mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahaminya. Hasil penelitian Belsasar (1989) dan Sugiatno (1990) menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam penerapan matematika dalam pembelajaran fisika. Hasil penelitian kedua peneliti ini dapat dijadikan pijakan bahwa fokus mahasiswa calon guru biologi belajar fisika, tidak untuk menghitung menggunakan matematika, tetapi untuk memahami pola pikir fisika dan hukum-hukumnya. Mereka mempelajari aturan–aturan dalam fisika dengan inferensi logis digunakan untuk memahami proses fisis dalam konteks biologi.
Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Fisika Dasar I dan II
Mahasiswa Calon Guru Biologi
Tahun |
Nilai |
Fisika |
Dasar 1 |
Fisika |
Dasar II |
|
|
Jml |
% |
Jml |
% |
2005/2006 |
A B C D E BL |
1 15 26 6 5 5 |
1 26 45 10 9 9 |
0 13 38 3 4 0 |
0 22 66 5 7 0 |
Jumlah |
|
58 |
100 |
58 |
100 |
2006/2007 |
A B C D E BL |
0 17 31 9 4 7 |
0 25 46 13 6 10 |
0 15 41 4 5 1 |
0 23 62 6 8 1 |
|
|
68 |
100 |
66 |
100 |
Sumber: Dokumen Program Studi Pendidikan Biologi pada sebuah LPTK-PTS
di Jawa Barat (2005/2006) dan (2006/2007)
Dari hasil wawancara terungkap bahwa para mahasiswa calon guru biologi mengalami kesulitan tentang penggunaan matematika dalam perkuliahan Fisika Dasar. Oleh karena itu, perkuliahan Fisika Dasar untuk mahasiswa calon guru biologi kadar matematikanya dikurangi. Penurunan rumus-rumus fisika dalam perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru biologi tidak menggunakan diferensial dan integral.
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika, maka diperlukan buku ajar Fisika Dasar yang manfaatnya dapat langsung dirasakan. Konsep-konsep fisika diperlukan oleh mereka untuk diaplikasikan dalam bidang studi biologi yang digelutinya. Oleh karena itu, diperlukan buku ajar Fisika Dasar yang memiliki keterkaitan dengan ilmu hayati, disamping penggunaan matematika sederhana (tidak menggunakan diferensial dan integral). Mahasiswa calon guru biologi dimungkinkan dapat berkonsentrasi secara langsung pada materi fisika. Pengurangan kadar matematika dalam fisika merupakan satu pendekatan dalam perkuliahan Fisika Dasar, sehingga diharapkan mahasiswa tertarik pada fisika. Pendekatan demikian menambah minat mahasiswa yang umumnya tidak memiliki motivasi untuk mempelajari fisika (Cromer, 1994).
Penyajian materi-subjek dalam buku ajar harus memenuhi kriteria keterbacaan (readability). Kriteria ini bertujuan agar memudahkan mahasiswa dalam memahami panyajian materi-subjek dari buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan penulis dianalisis berdasarkan keterbacaan menggunakan formula uji rumpang (cloze test) dan formula SMOG (Simple Measure of Gobbledygook).
Wikipedia (2008a) mengemukakan Cloze test atau cloze deletion test) adalah sebuah tes yang berisikan bagian teks dengan kata-kata tertentu dihilangkan, peserta tes diminta untuk mengisi kata-kata yang hilang itu. Suhadi (1996) mengemukakan terdapat dua cara dalam membuat rumpang, yaitu: (1) perumpangan kata yang dilakukan secara sistematis pada setiap kata kelima dalam sebuah teks, dan (2) perumpangan kata yang dilakukan secara acak atau secara tidak sistematis.
Formula SMOG pertama kali diperkenalkan oleh Harry McLaughlin pada 1969. Wikipedia (2008b) mengemukakan Gobbledygook merupakan suatu keprustasian bahasa para birokrat yang berbelit-belit tanpa makna. Gobbledygook atau gobbledegook (kadang-kadang disingkat gobbledegoo) adalah istilah Inggris yang digunakan untuk menggambarkan bahasa nonsense, bahasa yang tidak jelas atau kurang dimengerti. Formula SMOG digunakan untuk memprediksi usia baca suatu bahan ajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi. Secara rinci tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut: (1) menemukan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi; (2) menentukan tingkat keterbacaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati berdasarkan formula uji rumpang dan formula SMOG (Simple Measure of Gobbledygook); (3) menemukan keunggulan dan keterbatasan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi; (4) meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi melalui penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar.
Metode Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development ) atau Educational R & D. Berkenaan dengan Educational R & D, Gall, et. al. (2003) menyatakan: “Educational R&D is an industry-based development model in which the findings of research are used to design new products and procedures, which then are systematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectiveness, quality, or similar standards.” Sukmadinata (2005) menyatakan proses penelitian dan pengembangan mengikuti langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu, Trisnamansyah (2007) menyatakan penelitian dan pengembangan menekankan tujuannya pada pengembangan produk-produk yang efektif digunakan dalam kegiatan pendidikan.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa calon guru biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat. Jumlah mahasiswa angkatan 2007/2008 (tingkat satu semester 2, tahun akademik 2007/2008) sebanyak 33 orang, dan angkatan 2008/2009 (tingkat satu semester 1, tahun akademik 2008/2009) sebanyak 35 orang.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pertama (tahap studi pendahuluan dan penyusunan buku ajar); tahap kedua (tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi) dan tahap ketiga (tahap pengkajian buku ajar). Tahap pertama, tahap studi pendahuluan menggunakan metode deskriptif. Studi ini mengungkapkan kondisi (awal) buku ajar yang biasa digunakan dalam perkuliahan Fisika Dasar. Pada tahap ini juga dilakukan analisis kebutuhan pengembangan buku ajar dan analisis silabus Fisika Dasar. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan, kemudian dirancang buku ajar hipotetik. Rancangan ini bertujuan untuk menghasilkan draf buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yang akan dikembangkan.
Tahap kedua yakni tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi dilakukan untuk menguji hasil pengembangan buku ajar tersebut. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan uji coba buku ajar. Dilakukan analisis terhadap keterkaitan konsep-konsep fisika dalam konteks ilmu hayati, tanggapan mahasiswa terhadap buku ajar, dan analisis keterbacaan buku ajar bagi mahasiswa calon guru biologi.
Tahap ketiga (tahap akhir penelitian) dilakukan pengkajian dan penetapan bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati. Pada tahap ini dilakukan penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian ini dibagankan dalam Gambar 1.
|
Tes awal |
Perlakuan |
Tes akhir |
Subjek |
O |
X |
O |
Gambar 1. Desain tes awal-tes akhir satu kelompok
Keterangan:
O : tes awal dan tes akhir
X : Penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati
Dalam kuasi eksperimen ini dilakukan pengukuran untuk melihat apakah penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi. Peningkatan penguasaan konsep dianalisis menggunakan N-gain (g) sebagai berikut.
S post – S pre
N- gain = ———— (Hake, 1999; Coletta, 2007)
Smaks – Spre
N -gain = Normalized gain (gain yang dinormalisasi ) dengan Spre = skor tes awal; Spost = skor tes akhir; Smaks = skor maksimum.
Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan atas tiga kategori yaitu:
Tinggi : g > 0,7
Sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7
Rendah : g < 0,3
Hasil dan Pembahasan
Model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yang dikembangan memiliki urutan sebagai berikut: (1) Judul Bab, (2) Kompetensi fisika, (3) Indikator, (4) Tujuan pembelajaran , (5) Uraian materi (terdapat aplikasi konsep fisika dalam ilmu hayati), (6) Kegiatan mahasiswa, (7) Contoh soal, (8) Rangkuman, (9) Pertanyaan, soal-soal latihan dan kuis, (10) Glosarium (di bagian akhir bab), dan (11) Daftar Pustaka.
Buku ajar Fisika Dasar beorientasi ilmu hayati dianalisis dengan menggunakan formula uji rumpang (cloze test). Berdasarkan analisis keterbacaan terhadap enam bab yang diteliti (masing-masing Bab Pengukuran dan Satuan, Kalor, Termodinamika, Listrik Statik, Listrik Dinamik, dan Alat-alat Optik) dengan menggunakan formula uji rumpang, terungkap bahwa rata-rata tingkat keterbacaan keseluruhan sebesar 62% (kategori tinggi). Uji keterbacaan ini dilakukan untuk memenuhi aspek keterbacaan (tinggi) yang dipersyaratkan sebuah buku teks. Data lengkap hasil uji keterbacaan menggunakan formula uji rumpang terhadap keenam bab dituangkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata Tingkat Keterbacaan
(Menggunakan Uji Rumpang)
No. |
Topik |
Rata-rata Tingkat Keterbacaan (%)
|
1. |
Pengukuran |
68 |
2. |
Kalor |
61 |
3 |
Termodinamika |
56 |
4 |
Listrik Statik |
59 |
5 |
Listrik Dinamik |
62 |
6 |
Alat-alat Optik |
65 |
Rata-rata keseluruhan |
62 |
Sebuah teks buku ajar harus memenuhi tiga aspek yaitu kebenaran isi, keterbacaan, dan grafika. Sebagaimana dikemukakan Tim Pusat Perbukuan (2003), suatu buku pelajaran mesti memiliki keterbacan tinggi dilihat dari penggunaan aspek wacana, paragraf, kalimat dan pilihan kata dan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini buku ajar dianalisis tingkat keterbacaannya dari aspek kalimat, sedangkan rumus-rumus tidak dianalisis (dengan alasan peneliti mengalami kesulitan dalam menganalisis dan tidak ada referensi). Merujuk pendapat Rustaman (1995) bahwa salah satu aspek buku teks yang harus diperhatikan adalah aspek keterbacaan, di samping aspek kebenaran isi dan grafika. Aspek kebenaran isi teks dicek melalui penilaian atau tanggapan tim penimbang para ahli Fisika. Aspek grafika seperti gambar-gambar dan bagan dalam buku ajar ditanggapi mahasiswa sebagai pengguna buku ajar.
Analisis kesesuaian teks buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati (yang disusun) terhadap usia peserta didik, digunakan formula SMOG. Teks buku ajar Fisika Dasar yang disusun memiliki kesesuaian bagi mahasiswa tingkat I (rata-rata umur mereka di atas 18 tahun). Jumlah kata yang memiliki ≥3 sukukata sebanyak 211-240 adalah sesuai bagi pembaca berusia 18 tahun. Data-data penelitian dituangkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Data Hasil Analisis Formula SMOG
No |
Bab |
Topik |
Jumlah sukukata≥3 dalam 10 kalimat bag. awal |
Jumlah sukukata≥3 dalam 10 kalimat bag.tengah |
Jumlah sukukata≥3 dalam 10 kalimat bag. akhir |
Jumlah keseluruhan sukukata≥3 dalam 30 kalimat |
1 |
I |
Pengukuran dan Satuan |
91 |
64 |
79 |
234 |
2 |
II |
Kalor |
89 |
61 |
87 |
237 |
3 |
III |
Termodinamika |
98 |
85 |
57 |
240 |
4 |
IV |
Listrik Statik |
76 |
78 |
75 |
229 |
5 |
V |
Listrik Dinamik |
102 |
81 |
56 |
239 |
6 |
VI |
Alat-alat Optik |
108 |
45 |
73 |
226 |
Rata-rata |
234 |
Teks buku ajar Fisika Dasar yang disusun memiliki kesesuaian bagi mahasiswa tingkat I (rata-rata umur mereka di atas 18 tahun). Berdasarkan Tabel 2, rata-rata jumlah kata yang memiliki ≥3 sukukata adalah 234. Apabila angka ini dikonfirmasikan dengan Tabel 3 (Tabel Nilai Konversi), maka angka tersebut terdapat diantara angka 211-240, dalam arti teks buku ajar sesuai bagi pembaca berusia 18 tahun.
Tabel 3 Nilai Konversi SMOG
Jumlah Total Kata yang ≥ 3 Sukukata |
Usia |
0 – 2 |
4 |
3 – 6 |
5 |
7 – 12 |
6 |
13 – 20 |
7 |
21 – 30 |
8 |
31 – 42 |
9 |
43 – 56 |
10 |
57 – 72 |
11 |
73 – 90 |
12 |
91 – 110 |
13 |
111 –132 |
14 |
133 –156 |
15 |
157 –182 |
16 |
183 – 210 |
17 |
211 – 240 |
18 |
Sumber: Pusat Perbukuan (2003)
Data hasil penelitian tentang keunggulan dan kelemahan bahan ajar Fisika Dasar diperoleh berdasarkan tanggapan mahasiswa calon guru biologi dan dosen Fisika Dasar terhadap bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati. Data tanggapan mahasiswa diberikan oleh responden, dan dilakukan setelah uji coba. Data-data tentang tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar diperoleh melalui angket (kuesioner). Data-data tentang tanggapan penimbang ahli, dosen Fisika Dasar pada Program Studi Pendidikan Biologi, dan mahasiswa calon guru Biologi dituangkan dalam Tabel 4, 5 dan 6.
Tabel 4 Tanggapan Penimbang Ahli Terhadap Buku Ajar
No. |
Aspek-aspek yang terdapat dalam buku ajar |
Persentase |
||
Ya |
kurang |
Tidak |
||
1 |
Menumbuhkan rasa ingin tahu |
100 |
0 |
0 |
2 |
Dorongan mencari insfprasi lebih jauh |
100 |
0 |
0 |
3 |
Mengembangkan kecakapan personal |
100 |
0 |
0 |
4 |
Menyajikan pengalaman sehari-hari |
67 |
0 |
33 |
5 |
Keterpahaman mahasiswa terhadap pesan dalam buku ajar |
100 |
0 |
0 |
6 |
Kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan dalam buku ajar |
100 |
0 |
0 |
7 |
Memotivasi mahasiswa untuk merespon pesan |
67 |
33 |
0 |
8 |
Dorongan berpikir kritis pada mahasiswa |
67 |
33 |
0 |
9 |
Konsistensi sistematika sajian dalam Bab buku ajar |
67 |
33 |
0 |
10 |
Kelogisan penyajian |
67 |
33 |
0 |
11 |
Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi |
100 |
0 |
0 |
12 |
Membangkitkan motivasi belajar pada awal Bab |
100 |
0 |
0 |
13 |
Mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam konteks biologi |
100 |
0 |
0 |
14 |
Menjelaskan secara fisis terhadap aspek-aspek biologis |
100 |
0 |
0 |
15 |
Menyajikan contoh-contoh soal dalam Bab |
100 |
0 |
0 |
16 |
Menyajikan soal-soal latihan pada setiap akhir Bab |
100 |
00 |
0 |
17 |
Terdapat Kunci jawaban pada akhir Bab |
67 |
0 |
33 |
18 |
Terdapat Glosarium pada akhir buku ajar |
100 |
0 |
0 |
19 |
Terdapat rangkuman pada akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
20 |
Mencantumkan Daftar Pustaka setiap akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
Tabel 5 Tanggapan Dosen Fisika Dasar Terhadap Buku Ajar
No. |
Aspek-aspek yang terdapat dalam buku ajar |
Persentase |
||
Ya |
kurang |
Tidak |
||
1 |
Menumbuhkan rasa ingin tahu |
100 |
0 |
0 |
2 |
Dorongan mencari insfirasi lebih jauh |
100 |
0 |
0 |
3 |
Mengembangkan kecakapan personal |
100 |
0 |
0 |
4 |
Menyajikan pengalaman sehari-hari |
67 |
33 |
0 |
5 |
Keterpahaman mahasiswa terhadap pesan dalam buku ajar |
100 |
0 |
0 |
6 |
Kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan dalam buku ajar |
100 |
0 |
0 |
7 |
Memotivasi mahasiswa untuk merespon pesan |
67 |
33 |
0 |
8 |
Dorongan berpikir kritis pada mahasiswa |
67 |
33 |
0 |
9 |
Konsistensi sistematika sajian dalam Bab buku ajar |
100 |
0 |
0 |
10 |
Kelogisan penyajian |
100 |
0 |
0 |
11 |
Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi |
100 |
0 |
0 |
12 |
Membangkitkan motivasi belajar pada awal Bab |
100 |
0 |
0 |
13 |
Mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam konteks biologi |
67 |
33 |
0 |
14 |
Menjelaskan secara fisis terhadap aspek-aspek biologis |
67 |
33 |
0 |
15 |
Menyajikan contoh-contoh soal dalam Bab |
100 |
0 |
0 |
16 |
Menyajikan soal-soal latihan padasetiap akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
17 |
Terdapat Kunci jawaban pada akhir Bab |
0 |
0 |
100 |
18 |
Terdapat Glosarium pada akhir buku ajar |
100 |
0 |
0 |
19 |
Terdapat rangkuman pada akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
20 |
Mencantumkan Daftar Pustaka setiap akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
Tabel 6 Tanggapan Mahasiswa Terhadap Buku Ajar
No. |
Aspek-aspek yang terdapat dalam buku ajar |
Persentase |
||
Ya |
kurang |
Tidak |
||
1 |
Menumbuhkan rasa ingin tahu |
94 |
6 |
0 |
2 |
Dorongan mencari inspirasi lebih jauh |
94 |
6 |
0 |
3 |
Mengembangkan kecakapan personal |
97 |
3 |
0 |
4 |
Menyajikan pengalaman sehari-hari |
91 |
9 |
0 |
5 |
Keterpahaman mahasiswa terhadap pesan dalam buku ajar |
94 |
6 |
0 |
6 |
Kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan dalam buku ajar |
97 |
3 |
0 |
7 |
Memotivasi mahasiswa untuk merespon pesan |
88 |
12 |
0 |
8 |
Dorongan berpikir kritis pada mahasiswa |
97 |
3 |
|
9 |
Konsistensi sistematika sajian dalam Bab buku ajar |
97 |
3 |
0 |
10 |
Kelogisan penyajian |
100 |
0 |
0 |
11 |
Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi |
100 |
0 |
0 |
12 |
Membangkitkan motivasi belajar pada awal Bab |
100 |
0 |
0 |
13 |
Mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam konteks biologi |
100 |
0 |
0 |
14 |
Menjelaskan secara fisis terhadap aspek-aspek biologis |
97 |
3 |
0 |
15 |
Menyajikan contoh-contoh soal dalam Bab |
97 |
3 |
0 |
16 |
Menyajikan soal-soal latihan pada setiap akhir Bab |
|
|
|
17 |
Terdapat Kunci jawaban pada akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
18 |
Terdapat Glosarium pada akhir buku ajar |
100 |
0 |
0 |
19 |
Terdapat rangkuman pada akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
20 |
Mencantumkan Daftar Pustaka setiap akhir Bab |
100 |
0 |
0 |
Secara umum, baik penimbang ahli, dosen Fisika Dasar dan mahasiswa calon guru Biologi memberikan tanggapan positif terhadap buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati. Tanggapan positif yang mereka berikan diantaranya bahwa buku ajar Fisika Dasar beorientasi ilmu hayati menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan dorongan untuk mencari inspirasi lebih jauh dan mengembangkan kecakapan individu. Ilustrasi yang diberikan penulis buku ajar sesuai dengan substansi pesan dalam buku. Terdapat upaya penulis dalam memotivasi mahasiswa untuk merespon pesan yang disampaikan melalui teks buku ajar. Terdapat konsistensi sistematika dan kelogisan penyajian teks dalam buku ajar. Pada awal bab penulis membangkitkan motivasi belajar mahasiswa dengan memberikan petanyaan.
Hasil analisis data-data tes awal dan akhir menunjukkan bahwa perkuliahan Fisika Dasar menggunakan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa calon guru biologi. Rata-rata peningkatan penguasaan konsep mahasiswa calon guru biologi sebesar 49% (kategori sedang). Antar kelompok mahasiswa tinggi, sedang, dan rendah, juga terlihat ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep fisika. Kelompok mahasiswa tinggi memperoleh peningkatan penguasaan konsep fisika paling tinggi.
Terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan penguasaan konsep pada setiap kelompok adalah seimbang. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, bukan hanya peserta didik yang lambat saja yang harus mendapat perhatian, tetapi juga peserta didik yang pandai dan kemampuan sedang. Kemampuan peserta didik setiap kelompok harus mendapat perhatian secara proporsional, sehingga setiap peserta didik dapat berkembang sesuai dengan kecepatan dan kesanggupan masing-masing. Dengan demikian, setiap peserta didik dalam suatu pembelajaran harus mendapat perhatian secara proporsional.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Model buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati memiliki urutan judul bab, kompetensi, indikator, tujuan, uraian materi (terdapat aplikasi konsep fisika dalam ilmu hayati), kegiatan mahasiswa, contoh soal, rangkuman, pertanyaan, soal-soal latihan dan kuis, glosarium, dan daftar pustaka.
2) Tingkat keterbacaan teks buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati (topik-topik yang diteliti) termasuk kategori tinggi, diukur menggunakan formula uji rumpang. Berdasarkan analisis formula SMOG (Simplified Measure of Gobbledygook), teks buku ajar ini sesuai bagi usia mahasiswa tingkat pertama (usia >18 tahun).
3) Keunggulan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati sebagai berikut: (1) materi buku ajar menumbuhkan rasa ingin tahu, (2) materi buku ajar mendorong mahasiswa mencari inspirasi lebih jauh, dan (3) buku ajar memberikan motivasi belajar mahasiswa calon guru biologi. Kelemahan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yaitu (1) dalam buku ajar masih terdapat rumus-rumus yang menyulitkan mahasiswa,dan(2) kurang menyajikan pengalaman sehari-hari.
4) Penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi sebesar 49% (sedang).
Rekomendasi
Berdasarkan topik-topik fisika berorientasi ilmu hayati yang telah disusun, diharapkan dosen Fisika Dasar pada program studi pendidikan biologi dapat menyusun buku ajar yang mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam ilmu hayati lebih banyak lagi. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan model buku ajar Fisika Dasar tidak menggunakan matematika bagi mahasiswa calon guru biologi.
Daftar Pustaka
Anderson, L.W. and Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning,Teaching, and Assessing. United State: Longman. Inc.
Belawati, T. dkk. (2006). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: UT
Belsasar. (1989). Kesulitan Siswa dalam Penguasaan Konsep Matematika yang digunakan dalam Fisika dan Bumi Antariksa. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
BPTP. (2005). Penyusunan Naskah Bahan Ajar: Teori dan Praktik. Bandung: Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan – Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Coletta, V. P. et. al. (2007). Interpreting force concept inventory scores: Normalized gain And SAT scores. [online]. Tersedia: http://www.prst-per.aps.org/PRSTPER/v3/i1/e010106/. [5 Agustus 2008]
Cromer, A.H. (Penerjemah: Sumartono,P.) (1994). Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati. Jogjakarta: Gajah Mada University Press
Dermawan, R. dkk. (2005). Pedoman Penulisan Buku Ajar: Menuju Pencapaian Standar Kualitas Tinggi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Ellington, H. Producing Paper-Based Teaching/Learning Materials. The Robert Gordon University. [online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference not valid. Agustus 2007]
Giancoli, D. C (2005). Physics: Principles with Applications. Sixth edition. London: Prentice Hall International, Inc.
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [5 Agustus 2008]
Hayati, S. (2001). Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Kehidupan dan Alam Pekerjaan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia
McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction. New York: Addison wesley Longman, Inc
NRC (National Research Council). (1996). National Science Education Standards. Washington DC: The National Academic of Sciences
Pannen, P. dan Purwanto. (2001). Applied Approach: Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas –UT
Pusat Perbukuan. (2004). Pedoman Penilaian Buku Pelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Rustaman, N. (1995). Proposal Pengkajian dan Penilaian Buku Pelajaran IPA Biologi SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum-Depdikbud
Rusyana, Y. & Suherli. (2004). Pedoman Keterbacaan Buku Pelajaran SD. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Sugiatno. (1990). Kesulitan Penggunaan Konsep Matematika Siswa dalam Pelajaran Fisika Kelas I SMA. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak dipublkasikan
Suhadi, R. (1996). Analisis Bahasa Buku Paket SMA dari Segi Keterbacaan (Suatu Pendekatan Analisis Kalimat dan Uji Rumpang yang Dilakukan oleh Pembelajar Jurusan Fisika di SMA Negeri di Kotamadya Bandung. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasikan. Bandung: PPs – IKIP
Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trisnamansyah, S. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Ciamis: Universitas Galuh
Wikipedia. (2008a). Cloze Test. [online]. Tersedia: http://www.en.wikipedia.org. [10 Desemberi 2008]
Wikipedia. (2008b). Gobbledygook. [Online]. Tersedia: {http://en.wikipedia.org/}. [20 Nopember 2008]
Riwayat Penulis
H. Toto, Drs. M.Pd., adalah Dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten dipekerjakan pada FKIP Universitas Galuh Ciamis. Lulus D3 Jurusan Pendidikan Fisika UPI (dulu IKIP Bandung) tahun 1981. Lulus S1 Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung tahun 1984. Lulus S2 Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung tahun 1992. Kandidat Doktor Kependidikan Bidang Pendidikan IPA (konsentrasi Pendidikan Fisika) Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si., adalah Dosen Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Lulus S1 Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung tahun 1992. Lulus S2 Bidang Fisika (Material Elektronik) ITB tahun 1998. Lulus S3 Bidang Fisika Terapan (Material Elektronik) Tohoku University Jepang tahun 2004.
Tinggalkan komentar